Bingung memilih properti untuk kita?
Tips Memilih Investasi Dalam Usaha Properti
Anda bingung dalam memilih investasi dalam properti,
apakah tanah, rumah, atau apartemen. Artikel ini mungkin dapat membantu
Anda untuk memilihnya. Artikel ini di buat oleh seorang perencana
keuangan.
Di sini lebih memfokuskan pada sisi investasi yang bermuara pada
peningkatan nilai pengembalian investasi. Adapun mengenai aspek legal
khususnya undang-undang yang mengatur mengenai rumah susun tidak dibahas
dalam artikel ini.
Berikut rumus atau formula dalam sebuah investasi. Investasi dalam
bidang apapun tentu mengharapkan tingkat pengembalian atau dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah return. Faktanya return dapat menjadi
positif alias untung dan dapat juga negatife atau rugi.
Berikut Rumus formula dari return (pengembalian):
R = Income + Capital (jika + menjadi capital gain; jika – menjadi capital loss)
Dari formula diatas (jika) income hanya sebesar positif (+) Rp 1.000
sedangkan capital menjadi negatif (-) Rp 1.500 maka akumulasi return
menjadi negative (-) Rp 500 atau dengan kata lain investor rugi Rp 500.
Selanjutnya dalam bisnis properti kita tinggal memilah-milah mana yang
berpotensi sebagai income dan mana yang berpotensi sebagai capital.
Tanah
- Return yang cukup besar, ini bisa didapat dari data
rata-rata kenaikan tanah (disekitar Jakarta) dalam hal ini Cibubur,
Depok dan Serpong pertahun dalam kisaran 15 persen s/d 30 persen tentu
tergantung lokasi dan infrastruktur disekitarnya
- Biaya perwatan relatif sangat rendah
- Tidak perlu diasuransi, relatif aman karena tidak bisa terbakar.
- Sulit untuk mendapatkan income tambahan dlm bentuk sewa, dll
- Lebih sulit dijadikan jaminan utang di Bank jika dibandingkan dengan rumah;
- Semakin luas, semakin tidak likuid karena sulit mencari pembeli yang memiliki banyak uang.
Rumah
- Return yang sedang, namun tetap menjanjikan. Meskipun
harga permeter persegi lebih mahal sekitar + 5 persen hingga 10 persen
dari harga tanah, namun kenaikan harga pertahun masih dibawah kenaikan
harga tanah. Kenaikan harga berada dalam kisaran 10 persen hingga 25
persen
- Lebih likuid dari pada tanah karena mayoritas orang lebih suka membeli rumah dari pada membeli tanah;
- Lebih mudah untuk dijadikan jaminan utang di Bank;
- Kemungkinan mendapatkan income tambahan sedang karena bisa disewakan.
- Nilai ekonomis bangunan terus menyusut setiap tahunnya, biasanya sebesar 10 persen penyusutan pertahun
- Dengan adanya bangunan maka pembayaran Pajak (PBB) menjadi lebih mahal jika dibanding dengan tanah;
- Perlu diasuransikan terhadap kemungkinan kebakaran.
Apartemen
- Return yang kecil, hal ini disebabkan karena adanya
nilai susut dari bangunan apartemen yang cukup besar yakni sekitar 20
persen pertahun;
- Cukup likuid karena orang masih
mencari apartemen yang pada umumnya berlokasi strategis. Sedangkan jika
membeli rumah pada lokasi strategis memerlukan jumlah uang yang lebih
besar. Meskipun harga apartemen per M2 cukup mahal, namun masih lebih
sedikit dana yang dikeluarkan karena luasan apartemen yang relatif kecil;
- Jika dijadikan jaminan di Bank, nilai taksasi dibawah rumah;
- Umumnya income tambahan cukup besar;
- Biaya
rutin seperti listrik dan perawatan relatif mahal karena dihitung
dengan mengikut sertakan fasilitas bersama atau fasilitas umum;
- Tidak dapat merenovasi sesuka hati, hanya terbatas pada interior;
- Sering
terjadi masalah yang terkait dengan unit milik orang lain, misalkan
kebocoran kamar mandi atau pipa pembuangan air milik orang lain yang
mengakibatkan unit yang kita miliki harus di perbaiki.
Dengan
demikian anda dapat memilih serta memilah investasi properti apa yang
paling cocok dengan anda. Artikel ini juga untuk membuka wawasan bagi
para calon investor perorangan di bidang properti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar